Rabu, 23 Juni 2010



OLEH : Sharifudin Achmad


Perusahaan sangat menyadari dampak pemanasan global, sejak setahun ini dikembangkan penghijauan lingkungan pabrik.



‘’Kita mengenal Winston Churchill sebagai pahlawan di Perang Dunia II. Dalam melawan pemanasan global, kita memang membutuhkan kebijakan politik. Namun, itu saja tidak cukup, butuh sesuatu yang lebih untuk melawan itu semua,’’ ujar Al Gore, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) dalam pidatonya di Oxford University, Inggris, Juli 2009 lalu.

Al Gore dikenal sebagai salah satu tokoh paling gigih dalam melawan pemanasan global. Al Gore pun diganjar Nobel Perdamaian bersama IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), salah satu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka meraih kemenangan atas usahanya dalam membangun dan menyebarkan pengetahuan mengenai perubahan iklim akibat ulah manusia.

Prestasi itu kemudian menginspirasi Toyota Motor Corporation (TMC). Produsen kendaraan bermotor Jepang ini memaknai perjuangan Al Gore melalui desain kendaraan. Tapi bagi Toyota hal itu belum cukup. Kalau produknya sudah ramah lingkungan, maka pabriknya pun harus sama. Maka, tahun 2008 lalu dimulailah program Sustainable Plant Activities di sejumlah pabrikan mereka.

Dari empat pabrik Toyota di Kota Nagoya, Jepang, salah satu pabrik yang mendesain lingkungannya ramah lingkungan adalah Tsutsumi Plant. Tiga pabrik lain yang masih di Kota Nagoya adalah Takaoka Plant, Motomachi Plant dan Tahara Plant. Republika bersama beberapa wartawan dari Indonesia mendapat kesempatan mengunjungi ‘dapur’ produksi mobil-mobil buatan Toyota di kawasan Nagoya yang dikenal sebagai kawasan industri Jepang. Sekaligus ditunjukkan proses produksi kendaraan Prius, produk pertama berteknologi hibrida yang penjualannya di pasar global terus menanjak.

Asisten Manajer Departemen Rekayasa Teknologi Divisi Administrasi Pabrik Tsutsumi TMC, Tomio Sakimura, menjelaskan, program penghijauan di kawasan Tsutsumi Plant seluas 113 hektare sudah dilakukan sejak tahun 2008. Selain memproduksi kendaraan hibrida atau eco car (ramah lingkungan), Toyota juga memulai dukungan pengurangan pemanasan global dengan menghijaukan pabrik.

‘’Perusahaan sangat menyadari pentingnya dampak pemanasan global, sehingga sejak setahun terakhir dikembangkan penghijauan di lingkungan pabrik,’’ ujar Sakimura. Dua tahun sebelum resmi pemberlakuan program penghijaun, atau tepatnya tahun 2006, perusahaan melakukan sejumlah program.

Di antaranya, penggunaan penerangan dengan sinar matahari (daylighting solar tube), pemakaian panel sinar matahari dan taman hijau di atas atap (solar panels and roof garden), parkir hijau (greened entrance), serta tanam pohon di sejumlah area pabrik. Hingga kini, luas area yang sudah dihijaukan mencapai 800 meter persegi dan akan diperluas lagi.

Panel surya yang ditempatkan di atap pabrik berfungsi untuk penerangan karena bisa mengeluarkan daya listrik hingga 2.000 kilowatt (kw), atau setara dengan listrik untuk 500 rumah tangga. ‘’Penggunaan sel surya ini bisa mengurangi emisi karbon dioksida hingga 740 ton per tahunnya,’’ ujar Sakimura.

GM Pabrik Tsutsumi Divisi Administrasi TMC, Hidenori Nagai, menambahkan, dengan program tersebut, maka beban biaya operasional pemakaian listrik bisa ditekan 50 persen dibanding pengeluaran tahun 1990-an. Yang membanggakan, kata dia, dibandingkan perusahaan otomotif lain di Jepang, pengembangan panel surya di pabrik Toyota termasuk paling besar.

Program ini rencananya akan dikembangkan di tiga pabrik Toyota lain di Nagoya, serta sedang berjalan di pabrik Toyota di India meski luas areanya hanya ratusan meter persegi. Demikian pula di pabrik Toyota di Thailand. Bagaimana dengan pabrik Toyota di Indonesia? ‘’Untuk Indonesia, masih dalam perencanaan karena anggarannya masih terbatas,’’ kata Nagai berapologi.

Selain panel sel surya di atap pabrik, Republika melihat dinding pabrik juga menggunakan cat khusus yang bisa membersihkan udara seperti halnya pepohonan. Teknologi yang dinamakan photocatalitic paint ini bisa membersihkan udara, sekaligus membersihkan debu dari dinding. Kemampuannya membersihkan udara diklaim hampir sama dengan 2.000 pohon.

Direktur Marketing PT Toyota-Astra Motor (TAM) Indonesia, Joko Trisanyoto, juga sempat terkejut melihat perubahan pabrik Tsutsumi. Tahun lalu dia sempat mengunjungi pabrik tersebut, namun kondisinya belum hijau seperti tahun ini. ‘’Tahun 2008 dulu belum sehijau ini,’’ ujarnya. Sejumlah wartawan maupun diler Toyota dari berbagai negara juga sempat terkagum-kagum melihat keindahan pemandangan serba hijau di kawasan pabrik Toyota.

Mengandalkan Prius
Tsutsumi Plant dikhususkan untuk memproduksi kendaraan sedan kelas medium (medium class passenger) semacam Prius, Camry, Premio, Arion dan Scion tC. Di ajang Tokyo Motor Show (TMS) ke-41 yang digelar 23 Oktober hingga 4 November 2009, Toyota unjuk gigi dengan meluncurkan tiga produk anyarnya. mobil konsep FT-86, Prius Plug-In Hybrid, dan FT EV II. Serta memperkenalkan prototipe Lexus LFA.

Sejak tahun 1990-an, kata Nagai, Tsutsumi Plant sebenarnya sudah menggunakan model sistem produksi beragam dalam upaya mengantisipasi dinamika yang berkembang di pasar. Pada 1997 TMC mulai memproduksi Prius generasi pertama sebagai kendaraan yang memadukan mesin internal combustion chamber berbahan bakar bensin (BBM) dan mesin listrik bertenaga baterai.

TMC mengutamakan terus memproduksi Prius hibrida mengingat tingginya permintaan atas mobil hibrida komersial pertama itu. ‘’Hingga akhir 2008 Toyota telah memproduksi total 1,8 juta kendaraan hybrid. Dari jumlah itu 1,26 juta unit merupakan Prius,’’ kata Nagai.

Produksi Prius terus mengalami perbaikan desain untuk meningkatkan kinerja hemat energi dan ramah lingkungan, selain tentu saja peningkatan aspek kenyamanan dan keamanannya. Saat ini Toyota telah memasarkan Prius generasi ketiga dengan peningkatan efisiensi konsumsi bahan bakar dari semula 28 kilometer (km) per liter bensin menjadi 38 km per liter (1:38). ‘’Kami sangat bangga bahwa Prius telah meraih penghargaan tertinggi dari sisi lingkungan maupun pemakaian bahan bakar yang ekonomis,’’ kata Nagai.

Menurut Nagai, Prius akan tetap menjadi andalan Toyota dalam penguasaan pasar kendaraan hibrida karena produksi Prius kini telah mencakup 70 persen dari total kendaraan hybrid yang dibuat TMC. ‘’Dan Tsutsumi Plant memproduksi separuh dari total produksi Prius TMC,’’ kata Nagai.

Tsutsumi Plant memproduksi empat model di lini produksi satu dan tiga model di lini produksi dua. Prius generasi ketiga sekarang menjadi model kendaraan utama bagi Tsutsumi Plant dengan rata-rata produksi lebih kurang 1.000 unit kendaraan per hari.

TAM sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) Toyota di Indonesia juga sudah secara resmi memasarkan Prius generasi ketiga belum lama ini. Peluncuran Prius generasi ketiga yang bersamaan dengan penyelenggaraan ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2009 itu sekaligus sebagai upaya penjajakan pasar. Mobil hijau tentu tak bisa
disamakan dengan mobil biasa.

Generasi terbaru ikon mobil ramah lingkungan tersebut dipasarkan di Indonesia dengan harga Rp 585 juta per unit. ‘’Kami terus menjajaki pasar Prius di Indonesia meskipun hingga saat ini pasar mobil tersebut di Indonesia masih sangat terbatas,’’ kata Joko.

Selain Al Gore dan Toyota Motor Corporation (TMC), aktor Leonardo Di Caprio pun ikut ambil bagian mengampanyekan penyelamatan lingkungan dari krisis pemanasan global. Lewat film dokumenter The 11th HourDi Caprio bercerita tentang krisis lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan manusia serta akibat bagi kehidupan umat manusia di planet ini, yang pada akhirnya memaksa kita untuk meralat kerusakan yang telah kita lakukan. Jadi, memang ‘butuh sesuatu yang lebih’ untuk melawan pemanasan global.


Subsidi Membuat Laris

Pemerintah Jepang memberi keringanan pajak bagi dua kategori mobil. Pertama bagi kendaraan yang ramah lingkungan, terutama mobil hibrida (campuran BBM dan listrik), kedua bagi penukaran mobil baru dengan mobil yang sudah berumur 13 tahun. Tidak cukup keringanan bahkan penghapusan pajak hingga nol persen. Masih ada subsidi. Dua kebijakan itu ikut mendongkrak penjualan kendaraan roda empat yang sempat menyusut selama 13 bulan berturut-turut. Per September 2009, penjualan mobil di Jepang tumbuh 0,2 persen.

Manajer Lexus International Gallery Aoyama Tokyo, Katsuhiko Kunihiro, mengatakan, pengurangan pajak kendaraan berteknologi hibrida di kisaran 50 persen sampai 100 persen. Lexus HS 250h hibrida mendapat potongan sampai pajak nol persen serta subsidi dari pemerintah. Sedangkan Lexus konvensional RX 350 hanya mendapatkan potongan pajak 50 persen. Ketentuan ini berlaku sampai bulan Maret 2010 mendatang.

Staf Galeri Internasional Lexus, Sachiko Aoki, memberi perumpamaan. Bila harga sebuah mobil konvensional sebesar 4,5 juta yen plus pajak. ‘’Dengan perhitungan kasar, konsumen sudah bisa membawa pulang mobil jenis yang sama namun hibrida dengan hanya mengeluarkan dana 4 juta yen,’’ kata Aoki.

Sejak kebijakan ini berlaku, penjualan kendaraan di galeri Aoyama mengalami kenaikan. Setiap bulan, galeri Aoyama rata-rata menjual 30 unit Lexus berbagai jenis. Kebijakan pemangkasan pajak dan subsidi ini diikuti Pemerintah Amerika Serikat. Meski masih mahal, harga mobil ramah lingkungan ini bisa turun hingga 10 ribu dolar AS. Tahun depan, harga mobil listrik ke konsumen Amerika ditargetkan 30 ribu dolar AS.

Wakil Komisaris General Motors, Bob Lutz, mengatakan, hanya mampu menjual mobil hibrida Chevy Volt seharga 40 ribu dolar AS tahun 2010. Padahal, mobil sekelas berbahan bakar fosil bisa dijual 26 ribu dolar AS. Sedangkan subsidi berupa penurunan biaya produksi baterai sampai setengah dari kondisi saat ini. Toyota Prius merupakan mobil hibrida yang paling laku di Amerika Serikat. Prius Gen-3 dijual seharga 22 ribu dolar AS.